7 Bahaya Vape Bagi Kesehatan (Menurut WHO, BPOM dan Para Pakar)

Sebuah fenomena saat ini, dimana sebagian orang menjadikan vape (rokok elektrik) sebagai 'pelarian' sementara bagi mereka yang agak sedikit kesulitan dalam usaha berhenti merokok.

Uniknya, fenomena ini membuat jumlah ‘pecinta’ vape semakin banyak. Mereka menilai bahwa vape lebih aman dibandingkan dengan menggunakan rokok ‘konvesional’.

Bahaya Vape Bagi Kesehatan (Menurut WHO, BPOM dan Para Pakar)

Sejarah vape atau e-cigarette, pada awalnya dibuat di Cina oleh seorang apoteker yaitu sekitar tahun 2003. Tujuan dibuatnya adalah guna meminimalisir banyaknya asap rokok, dimana vape ini dinilai sebagai metode untuk membantu berhenti merokok secara permanen.

Vape memiliki komponen berupa baterai, cartridge yang berisi cairan, dan elemen pemanas yang berfungsi menimbulkan rasa panas / hangat dan menguapkan cairan.

Konsumsi vape tidak menimbulkan asap yang keluar, tidak seperti rokok konvesional yang menghasilkan asap dimana terdapat proses pembakaran pada tembakau dan zat-zat lain di dalamya, adapun vape akan menghasilkan uap.

Hanya saja, tetap saja terdapat efek dari hembusan uap vape di ruangan tertutup. Dimana seperti halnya rokok konvesional, vape tetap bisa memberikan dampak bagi orang lain atau lingkungan.

Vape menghasilkan uap ke udara yang berisi nikotin halus dan zat berbahaya lainnya. Sejauh ini, penelitian menemukan bahwa vape mungkin lebih aman dibandingkan rokok konvesional.

Apakah Vape Aman?
Namanya merokok secara umum merupakan gaya hidup yang tidak sehat. Zat berbahaya propylene glycol ada di dalam vape, dampaknya bisa menimbulkan iritasi jika sampai terhirup.

Zat propylene glycol umumnya digunakan untuk pembuatan pelarut obat-obatan, pengawet makanan dan produk shampoo.

Di dalam vape atau rokok elektrik ini, juga terdapat zat nikotin, zat ini sudah umum diketahui bahayanya bagi kesehatan tubuh, yang merupakan zat adiktif yang lebih dulu ada di rokok tembakau (konvesional).


Dampak buruk dari zat nikotin ini adalah menimbulkan efek ketagihan, dimana ketika seseorang berhenti darinya maka akan membuatnya tidak nyaman bahkan tersiksa.

Efek dari nikotin ini adalah membuat ketagihan, sehingga ketika zat ini berhenti dikonsumsi bisa menimbulkan ketidakstabilan jiwa, gelisah, emosional, mudah marah, timbul stres, depresi, dan cemas.

Banyak yang merasa bahwa dengan merokok dirinya menjadi lebih tenang atau fly (bahasa anak alay-nya). Padahal kenyataannya, bahwa kondisi tubuhnya sudah mengalami ketergantungan pada zat nikotin.

Sehingga zat nikotin ini akan ‘memaksa’ tubuh agar terus-terusan untuk mengonsumsinya. Terlalu banyak tubuh dimasukan zat ini maka akan semakin berdampak buruk bagi kesehatan.

Dampak nikotin (baik itu dari vape maupun rokok konvesional) yang bisa menyebabkan gangguan psikologi seperti mudah emosi, stres dan depresi.

Maka hal ini merupakan berita yang sangat amat buruk bagi orang yang menderita penyakit jantung, karena kondisi jiwa yang sering emosi, stres dan depresi dapat mengakibatkan penyakit jantung yang diderita akan semakin parah.

Nikotin yang terkandung di dalam vape akan diserap oleh tubuh. Bukan saja oleh orang yang mengonsumsi rokok vape, tetapi juga pada orang-orang di sekitarnya.

Dampak buruk lainnya dari zat nikotin adalah beresiko megganggu perkembangan otak. Sehingga sangat sedih kalau kita melihat anak SD dan SMP yang sudah merokok. Pertumbuhan otak mereka akan terganggu, dan mereka akan kesulitan dalam menyerap dengan baik pelajaran di sekolah.

Dikutip dari laman Webmd.com, bahwa dampak vape ini bisa membahayakan perkembangan otak (terutama bagi remaja) yang dapat mempengaruhi kemampuan memori dan perhatian.

Bahaya vape sangat dikhawatirkan bagi Ibu hamil, karena bisa mengakibatkan gangguan perkembangan bayi di dalam kandungan. Sehingga wanita hamil harus menghindari vape, apalagi rokok konvensional.

Walaupun vape dinilai lebih ringan bahayanya dibandingkan rokok konvesional, tetapi tetap saja bahaya vape bagi keseatan adalah hal yang serius.

Uap yang muncul dari rokok vape bukanlah uap air, akan tetapi uap tersebut mengandung nikotin dan zat-zat berbahaya lainnya yang jelas tidak baik bagi kesehatan dan juga bisa mencemari udara.

loading...

Uap Bisa Terserap ke Kulit
Uap yang dihasilkan bisa menimbulkan keracunan baik itu oleh anak-anak maupun orang dewasa, karena uap terhirup, tertelan, bahkan uap tersebut bisa masuk terserap ke kulit dan mata.

Karena uap bisa terserap ke kulit yang akhirnya bisa beresiko bagi kesehatan, maka usahakan untuk meminimalisir dari sering berada di sekitar orang-orang yang menggunakan vape.

Bahan kimia lainnya yang ada di dalam vape yaitu logam dan nitrosamin. Kadarnya mungkin lebih rendah dibandingkan rokok konvesional.

Vape Membahayakan Paru-paru
Beberapa kandungan zat kimia di dalam rokok elektrik bisa berdampak buruk bagi kesehatan, berupa kerusakan jaringan paru-paru, menimbulkan gangguan pada fungsi paru-paru, dan paru-paru lebih rentan untuk diserang kuman atau bakteri jahat.

Dimana kandungan nikotin mengakibatkan melemahnya kemampuan sel organ paru-paru sehingga lebih rentan untuk ditembus dari luar oleh virus, kuman atau bakteri yang memberikan dampak buruk pada paru-paru.

Terdapat peringatan kesehatan dari pabrik yang memproduksi rokok elektrik (vape):

“Bagi konsumen yang terkena penyakit paru (misalnya asma, PPOK, bronkitis, pneumonia), uap yang dihasilkan rokok elektronik dapat menimbulkan serangan asma, sesak napas, batuk hingga radang paru-paru. Jangan gunakan produk ini jika mengalami keadaan di atas.“

Dari laman Webmd.com, kandungan diacetyl di dalam vape merupakan jenis zat kimia berbahaya yang sudah umum diketahui, dampak buruknya bagi kesehatan yaitu meningkatkan resiko penyakit paru-paru. Hal ini dijelaskan oleh Erika Sward, seorang asisten wakil presiden untuk advokasi nasional di American Lung Association.

Bahaya vape ini terdapat pada penggunaan cairan, yang nantinya akan menjadi uap akibat adanya pemanasan (munculnya panas berasal dari energi baterai yang digunakan pada rokok elektrik).

Pada cairan ini setelah dilakukan penelitian, memiliki kandungan zat yang bersifat karsinogen, ini merupakan sebuah zat yang berbahaya karena dapat memicu munculnya penyakit kanker.

Adanya sifat karsinogen di dalam cairan vape tersebut, karena mengandung zat gliserol dan nikotin nitrosamine yang sudah umum diketahui.

Hal negatif lainnya muncul dari vape adalah dari proses pemanasannya. Dimana proses pemanasan cairan vape memberikan dampak buruk berupa munculnya zat formaldehida. Itu merupakan zat kimi yang dapat memicu kanker (bersifat karsinogenik).

Bagaimana Dengan Perokok Pasif Vape?
Laporan dari WHO menyebutkan bahwa perokok pasif vape memiliki efek yang sama dari perokok pasif rokok konvesional yang sudah umum diketahui.

Dimana perokok pasif vape tetap mengalami resiko yang cukup serius dari terkena paparan zat-zat berbahaya, terutama zat nikotin-nya dan zat-zat yang bersifat karsinogen.

Demikian juga, perokok pasif vape juga bisa terkena resiko masalah pernafasan. Oleh karena itu maka hindari diri Anda, bukan hanya menghindari diri dari menjadi perokok pasif rokok konvesional, tetapi juga perokok pasif vape. Karena dampak yang ditimbulkan hampir sama.


Kasus Vape yang Pernah Terjadi
Laporan-laporan mengenai dampak vape bagi kesehatan, dimana penderita sampai dirawat di rumah sakit, kasusnya berupa penyakit hipotensi, kejang, pneumonia, gagal jantung, disorientasi, luka bakar.

Mengenai kasus luka bakar ini, Kandungan yang di dalam vape memang tidak menyebabkan tubuh bisa mengalami luka bakar atau melepuh.

Akan tetapi ini lebih kepada keamanan alat produk vape ini, dimana dilaporkan beberapa kasus adanya kejadian vape meledak di mulut. Sehingga penggunaan alat vape ini perlu berhati-hati.

Pada beberapa penelitian lainnya, hasil penelitian menemukan bahwa efek yang ditimbulkan dari vape dapat menyebabkan terjadinya inflamasi pada tubuh, peningkatan resiko asma dan infeksi paru-paru.

Bahaya yang terburuk dari vape adalah penyakit jantung dan stroke. Ini merupakan penyakit yang paling menakutkan banyak orang.

Hal yang membuat vape cukup populer, kemungkinan karena dinilai lebih aman dari rokok konvesional (masih dalam penelitian lebih lanjut), selain itu terdapat kandungan penambah rasa yang membuat rokok elektrik ini semakin banyak digandrungi.

Jenis-jenis rasa yang dimasukan pada vape adalah vanilla, cokelat, buah-buahan, dan beberapa lainnya.

Adapun kandungan yang memunculkan uap air adalah propilen glikol atau gliserin. Dampak dari menghirup propilen glikol adalah resiko iritasi saluran pernapasan.

Zat yang mengkhawatirkan pada rokok elektrik ini adalah tobacco-specific nitrosamine (TSNA). TSNA adalah jenis zat yang memiliki sifat karsinogen (pemicu kanker). Zat ini umumnya terdapat di dalam tembakau.

Rokok elekrik tetap mengandung nitrosamin walaupun dalam kadar yang sedikit. Umumnya, semakin tinggi kadar nikotin maka akan semakin tinggi pula TSNA.

Penutup
Para pakar yang menggeluti bidang kesehatan, masih mengalami perselisihan atau perbedaan pendapat (pro dan kontra) mengenai fenomena vape ini. Adapun penelitian telah menunjukkan bahwa vape berpotensi bisa membantu sebagai proses awal untuk berhenti merokok sepenuhnya.

Pengguna vape harus tetap waspada, status keamanan rokok elektrik dalam jangka panjang belum dapat diketahui dampaknya.

Badan kesehatan dunia WHO telah meminta agar perusahaan yang memproduksi vape jangan membuat klaim bahwa produknya ampuh untuk berhenti merokok, karena mengenai hal ini belum terdapat bukti ilmiah yang bisa diterima.

WHO, menjepskan bahwa uap yang dihasilkan dari vape memikiki kandungan yang berbahaya, serta menyebabkan polusi udara.

Adapun BPOM menjelaskan bahwa produk vape memiliki kandungan zat nikotin (dalam bentuk cair), zat gliserin dan zat-zat lainnya, jika zat-zat tersebut dipanaskan bisa melepaskan sebuah senyawa yang bersama nitrosamine, bahayanya adalah memicu resiko penyakit kanker.

Dari laman Webmd.com. Seorang bernama Caren Kagan Evans (umur 56) yang beraasl dari Washington DC, Amerika Serikat. Dia menceritakan bahwa dirinya mulai merokok saat baru berusia 13 tahun.

Caren mengaku sudah bertahun-tahun berusaha untuk bisa berhenti dari merokok. Beberapa upaya yang dilakukannnya yaitu mengonsumsi permen karet, menggunakan patch nikotin, dan hipnosis. Semuanya kurang memberikan manfaat signifikan.

Dia juga menggunakan ‘metode’ vape dengan tujuan untuk mengurangi kandungan nikotin yang masuk ke dalam tubuh.

"Aku bernapas, tidur, dan makan jauh lebih baik sejak mengganti rokok konvesional dengan vape.”

Setelah dua tahun, akhirnya Caren sudah bisa berhenti merokok sepenuhnya.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "7 Bahaya Vape Bagi Kesehatan (Menurut WHO, BPOM dan Para Pakar)"